Bulan Bintang Bumi dan Matahari
WRITTEN BY -PM- ON Thursday, March 08, 2012 {
0 comments }
Bulan itu sendirian dan
terlalu kecil untuk menunjukkan sinarnya. Bahkan ia tertutup gerhana bintang selama ini, meratapi semuanya dalam diam.
Bulan mulai menghilang, semakin tertutup kabut dan awan hitam. Bulan ingin menyinari bumi, tapi ia seakan tak mampu.
Bulan ingin semuanya berakhir, tapi ia tahu, ia takkan mampu pecah berkeping-keping sendiri.
Ia akan mati. Bulan kembali menyinari bumi.
Bulan ingin menghilang, ia ingin menghilang selamanya agar jutaan bintang mau menyinari bumi dengan bebas. Seandainya ia mau, ia dapat menghilang sendiri. Pergi menjauh. Tapi bagaimanapun juga, ia ingin tetap berada di samping bumi. Menyinarinya dengan sinarnya yang terang. Sayangnya, sinarnya itu tak mampu mengalahkan sinar bintang ataupun matahari. Ia kembali sedih.
Hanya satu hal yg diinginkan bulan: sinar yang ada di bumi tetap terang dan utuh. Dan ia tahu ia takkan mampu melakukannya. Hanya bintang. Jutaan bintang ataupun hanya satu bintang lainnya: matahari.
Bulan ingin bumi tahu, ia menyinari bumi apa adanya. Tapi ia semakin tenggelam dalam kabut dan awan hitam, menunggu hujan datang.
Bulan menahan semuanya dalam diam.
Sunyi.
Bulan kembali sakit, sendiri. Meratapi semuanya.
Menginginkan semuanya kembali seperti dulu. Ia berharap ia mampu menciptakan mesin waktu untuk kembali ke masa
itu.
Bulan ingin kembali bersinar atau bahkan menjadi lebih bersinar, mengalahkan bintang. Tapi apakah ia mampu? Kabut dan awan hitam kembali datang padanya. Matahari tetap memancarkan cahayanya.
Bulan mulai menangis. Tapi hujan tak juga datang. Bintang masih tersisa memberinya gerhana yang tak kunjung hilang. Matahari berlalu.
Bulan tak pernah ingin sendiri. Bulan tahu, ia sedikit egois
(atau bahkan sangat egois) karna ia ingin hanya dialah yang menyinari bumi. Tapi gerhana tak juga hilang. Ia semakin sedih.
Bulan mulai muak.
Ia seakan bertekad untuk berusaha sendiri. Meninggalkan awan hitam dan berusaha melewati gerhana.
Sendiri. Ia seakan tak peduli pada bintang ataupun matahari lagi.
Demi bumi, ia akan berusaha tegar menghadapi semuanya.
Bulan kembali menyinari bumi. Semakin hari semakin terang. Mengikuti bumi. Bersama bumi. Melewati semuanya. Bulan menyinari bumi dengan sinarnya yang berbeda.
pics: google.com
Labels: ala Maura, cerpen, cute, diary, pikachu, PM
Bulan Bintang Bumi dan Matahari
WRITTEN BY -PM- ON Thursday, March 08, 2012 {
0 comments }
Bulan itu sendirian dan
terlalu kecil untuk menunjukkan sinarnya. Bahkan ia tertutup gerhana bintang selama ini, meratapi semuanya dalam diam.
Bulan mulai menghilang, semakin tertutup kabut dan awan hitam. Bulan ingin menyinari bumi, tapi ia seakan tak mampu.
Bulan ingin semuanya berakhir, tapi ia tahu, ia takkan mampu pecah berkeping-keping sendiri.
Ia akan mati. Bulan kembali menyinari bumi.
Bulan ingin menghilang, ia ingin menghilang selamanya agar jutaan bintang mau menyinari bumi dengan bebas. Seandainya ia mau, ia dapat menghilang sendiri. Pergi menjauh. Tapi bagaimanapun juga, ia ingin tetap berada di samping bumi. Menyinarinya dengan sinarnya yang terang. Sayangnya, sinarnya itu tak mampu mengalahkan sinar bintang ataupun matahari. Ia kembali sedih.
Hanya satu hal yg diinginkan bulan: sinar yang ada di bumi tetap terang dan utuh. Dan ia tahu ia takkan mampu melakukannya. Hanya bintang. Jutaan bintang ataupun hanya satu bintang lainnya: matahari.
Bulan ingin bumi tahu, ia menyinari bumi apa adanya. Tapi ia semakin tenggelam dalam kabut dan awan hitam, menunggu hujan datang.
Bulan menahan semuanya dalam diam.
Sunyi.
Bulan kembali sakit, sendiri. Meratapi semuanya.
Menginginkan semuanya kembali seperti dulu. Ia berharap ia mampu menciptakan mesin waktu untuk kembali ke masa
itu.
Bulan ingin kembali bersinar atau bahkan menjadi lebih bersinar, mengalahkan bintang. Tapi apakah ia mampu? Kabut dan awan hitam kembali datang padanya. Matahari tetap memancarkan cahayanya.
Bulan mulai menangis. Tapi hujan tak juga datang. Bintang masih tersisa memberinya gerhana yang tak kunjung hilang. Matahari berlalu.
Bulan tak pernah ingin sendiri. Bulan tahu, ia sedikit egois
(atau bahkan sangat egois) karna ia ingin hanya dialah yang menyinari bumi. Tapi gerhana tak juga hilang. Ia semakin sedih.
Bulan mulai muak.
Ia seakan bertekad untuk berusaha sendiri. Meninggalkan awan hitam dan berusaha melewati gerhana.
Sendiri. Ia seakan tak peduli pada bintang ataupun matahari lagi.
Demi bumi, ia akan berusaha tegar menghadapi semuanya.
Bulan kembali menyinari bumi. Semakin hari semakin terang. Mengikuti bumi. Bersama bumi. Melewati semuanya. Bulan menyinari bumi dengan sinarnya yang berbeda.
pics: google.com
Labels: ala Maura, cerpen, cute, diary, pikachu, PM